Thursday 29 September 2016

Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling



Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
Menurut Haag dan Keen, Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu Anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.
Teknologi informasi diartikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya (Sri Maharsi,2000).
Sedangkan menurut Martin, Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyampaikan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Izeere,2011).
Sehingga dapat disumpulkan bahwa teknologi informasi (TI), ialah teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi melalui teknologi telekomunikasi dan peralatan komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami.
Perkembangan TI di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat bersamaan dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan Komunikasi, sehingga mampu menciptakan alat alat komunikasi yang sangat mendukung Perkembangan Teknologi Informasi, contohnya saja seperti komunikasi searah maupun dua arah. Selain itu dengan adanya internet di Indonesia sangat memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam Teknologi Informasi yang berbasis Internet. Salah satu penggunaan teknologi tersebut adalah bidang Bimbingan dan Konseling.
Menurut Prayitno & Erman Amti, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. (Syamsul Hadi,2014)
Sedangkan Definisi Konseling menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud, konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. (Wahyu Aris Cahyono,2014)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya se-optimal mungkin secara mandiri.



Manfaat dan Peran Teknologi Informasi dalam Bimbingan Konseling
Beberapa manfaat TI dalam BK yakni, mempermudah konselor dalam menyusun, mencari dan mengolah data, menjaga kerahasiaan suatu data, karena dengan teknologi memungkinkan untuk menguncinya dan tidak sembarang orang dapat mengaksesnya, membantu individu maupun kelompok untuk dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dan relatif murah dalam pelaksanaan konseling, memberikan kesempatan kepada individu untuk berkomunikasi lebih baik dengan menggunakan informasi yang mereka terima tanpa bertemu secara langsung (E-Counseling),dan menjadikan teknologi informasi sebagai alat dalam suatu program kegiatan, sehingga kegiatan tersebut lebih teratur dan terstruktur. (Agung Primadika, 2015)
Salah satu penerapan teknologi informasi dalam BK diantaranya pada penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan sistem dapat berupa sarana-prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, visi-misi sekolah dan lain sebagainya. Berbicara sarana-prasarana, memasuki dunia globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya agar memenuhi kebutuhan masyarakat luas. (Sulistyorini, 2012)

Hubungan Teknologi Informasi dan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan dan konseling komperhensif merupakan upaya pemberian bantuan atau layanan untuk peserta didik secara utuh dan keseluruhan yang melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staff administrasi, orang tua, dan masyarakat.
Fokus utama dalam bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal. Bimbingan konseling komprehensif bersifat wajib bagi semua peserta didik, artinya siapapun bisa mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya bimbingan konseling komprehensif diharapkan tidak ada lagi anggapan bahwa layanan diberikan hanya untuk peserta didik yang bermasalah. (Desi Mayasari, 2012)
Sekarang ini teknologi sangat dibutuhkan hampir setiap orang, begitu pula dalam progam Bimbingan dan Konseling dalam layanannya. Teknologi informasi dapat digunakan dalam BK komprehensif sebagai penunjang layanan Bimbingan dan Konseling.
Menurut Sugiyatno, teknologi yang dapat digunakan untuk membantu layanan Bimbingan dan Konseling salah satunya dengan computer. Penggunaan computer (internet) dapat memudahkan kita dalam proses layanan konseling dengan E-counseling (elektronik konseling). Teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan untuk dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja konselor.
Pengaruh Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Pengaruh teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan termasuk juga pada bimbingan dan konseling. Keberadaan bimbingan konseling supaya tetap diterima dalam masyarakat tentunya juga harus berkolaborasi dengan perkembangan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi bagi seorang konselor merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pentingnya teknologi informasi dalam bimbingan konseling yaitu: pertama karena perkembangan era globalisasi yang meningkat sehingga menuntut seorang konselor dalam pengusaan teknologi informasi. Kedua karena berkembangnya teknologi informasi mampu membantu konselor dalam melakukan layanan-layanan bimbingan konseling tidak hanya secara langsung tetapi bia juga dengan tidak langsung misalnya konseling melalui telepon, konseling menggunakan surat magnetic (disket ke disket), konseling melalui video phone, konseling melalui internet (e-mail, chating, webcam, jejaring sosial, dan sebagainya) dengan tetap memperhatikan kode etik dalam bimbingan konseling.
Diharapkan bagi konselor supaya mampu menerapkan system yang baik dalam teknologi informasi sehingga layanan-layanan bimbingan konseling bisa diterapkan secara komprehensif. Pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut dunia BK untuk menyesuaikan dengan lingkungan agar memenuhi kebutuhan masyarakat. Agar bisa bertahan dan diterima oleh masyarakat, maka bimbingan dan konseling harus dapat disajikan dalam bentuk yang efisien dan efektif. (Sulistyorini, 2012)

Tujuan TI Bagi Layanan Bimbingan dan Konseling Komprohensif
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi maka menuntut program bimbingan dan konseling agar dapat memberikan layanan yang maksimal sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam blog Sugiyatno, teknologi informasi mempunyai tujuan diantaranya menambah pengetahuan melalui diskusi antar konselor yang dilakukan melalui dunia maya seperti chatting dan email, dapat mengembangkan minat dan potensi setiap siswa melalui media elektronik yang disediakan oleh konselor, dapat menambah informasi mengenai bimbingan dan konseling melalui internet, memberikan informasi kepada konseli tentang apa yang dibutuhkannya melalui teknologi informasi seperti blog,  mempermudah konselor untuk menyusun serta mengolah data konseli, serta dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa melalui e-counseling walaupun ada jarak memisahkan.
Dengan begitu diharapkan teknologi informasi dapat menjembatani antara konselor dan konseli ataupun antar konselor untuk tetap dapat terhubung satu sama lain dan dapat mempermudah tugas konselor dalam proses bimbingan dan konseling.
Kemanfaatan TI Bagi Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Pelayanan BK komprehensif dalam mencapai tujuan utamanya yaitu, membantu mengoptimalkan perkembangan diri konseli. Sebagai bentuk nyatanya BK konprehensif memiliki empat program utama yaitu sebagai berikut: a. Pelayanan dasar, b. Pelayanan Responsif, 3. Perencanaan Individual dan, 4. Dukungan Sistem. Pemantauan secara berkala melalui pembinaan oleh konselor dilakukan dengan berinteraksi langsung secara bertatap muka maupun melalui alat komunikasi.
.

Adapun potensi penggunaan teknologi informasi untuk Bimbingan dan Konsellingmenurut Cabanis (1999) yaitu, terdapat 8 potensi teknologi komputer berbasis internet dan 3 potensi komputer berbasis non internet untuk Bimbingan dan Konselling. Potensi teknologi komputer berbasis internet  yang dapat digunakan untuk Bimbingan dan Konselling yaitu :

a.    Email / Surat elektronik
Potensi penggunakaan oleh konselor antara lain untuk terapi, marketing, screening, client / therapist, surat menyurat untuk penjadwalan janji, monitoring inter-sessions, dan tindak lanjut post-therapeutic, transfer rekaman klien, referal, masukan, pekerjaan rumah, penelitian dan colegial profesional.

b.    Website / Homepages
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pemasaran, periklanan, diseminasi informasi, dan publikasi.

c.    Komputer konfrensi video
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi.

d.    Sistem bulletin board/ listservs / newsgroup
Potensi penggunaan oleh konselor  antara lain, untuk konsultasi, referal / alih tangan kasus, sumberdaya untuk informasi, dan kegiatan asosiasi profesional.

e.    Simulasi terkomputerisasi
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk supervisi dan pelatihan kompetensi.

f.    Pangkalan data / FTP Sites
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk penelitian, sumber informasi bagi therapis, sumber informasi perpustakaan, transfer rekaman klien, penilaian dan analisis.

g.    Chat Rooms / Electronic Discussion Groups
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi kelompok, membantu diri sendiri dan asesment / pengukuran.

h.    Software berbasis internet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan ketrampilan dan keahlian, bantuan diri sendiri dan pelatihan ketrampilan dan pekerjaan rumah.


Sedangkan potensi teknologi komputer berbasis non internet  yang dapat digunakan untuk Bimbingan dan Konselling yaitu;

a.    Spreadsheet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata kearsipan, data organisasi, informasi klien dan penelitian.

b.    Pemrosesan kata
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata kearsipan, surat menyurat, marketing, publikasi, penelitian.

c.    Software non internet.
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan ketrampilan untuk profesional dan klien, informasi bantuan diri sendiri, marketing, manajemen kantor, sumber referensi dan  catatan kasus.

Mendasarkan pada potensi penggunaan teknologi informasi diatas, Triyanto (2006) menguraikan manfaat aplikasi teknologi informasi untuk bimbingan konseling yaitu 27 manfaat berbasis internet dan 12 manfaat berbasis non internet. Adapun ke-27 manfaat komputer berbasis internet seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Manfaat Komputer berbasis Internet untuk Bimbingan dan Konselling
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_lPiVdTPptZIAOxuWQxk-HpqAwLhy5_bpLxQdWr2PjdcLbLVbaIaYXADKA6dMDfouWzmvlUQPRNit_xuBBxl7qesK_oPbv5YqpbRzGfUzFYxLApvHYwIWfYmFFGCJZ-8WJxGTG_iJeX8/s400/ggg.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUfqGqgKlbfXiRNRNGR6pnKBfOn8A__9aCSNJnik8qY-BARAHTewEI9hQE22jvP7wjEkjSlwGLeXrrbOpQR_tMKUhR-c9xbbec2GCJv0qvbEn3qV0b6AqZJahR9N7LZLiYRPCNM0DeXHE/s400/gg.png


Sedangkan ke-12 manfaat komputer berbasis non internet untuk Bimbingan dan Konsellingdapat dilihat pada tabel 2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRVJK_r_LTk4WK4rxAF_Xi0TMP0Zi-rrLtElufcuPdne6URLPfUKrmfhOYM3O68aPIVyWJT45hVeGOuOf3PMeLH8O9y59MA_xXRNhePaz4Q86nET_abxBn8xw3jjprA3GQjdEWLMZkI7c/s320/New+Picture+%25282%2529.png

Tabel 2. Manfaat Komputer berbasis Non Internet untuk Bimbingan dan Konselling

Disamping memberikan pelatihan-pelatihan yang bersifat pengenalan, pemahaman, dan pemberian ketrampilan tidak kalah penting adalah dukungan dari kepala sekolah untuk menyediakan seperangkat komputer dan internet bagi konselor untuk menunjang layanan Bimbingan dan Konsellingdi sekolah.



SIMPULAN

Bimbingan dan konseling tidak akan dapat berdiri sebagai ilmu sendiri. Bimbingan dan konseling memerlukan bidang penunjang lain yang dibutuhkan agar menjadi ilmu yang memandirikan. Berbagai ilmu menunjang kebutuhan pada bidang bimbingan dan konseling, salah satunya adalah teknologi Informasi. Teknologi informasi yang begitu menarik banyak orang untuk mencapai progres yang sangat dibutuhkan akan sangat membantu bidang lain terutama pada bidang bimbingan dan konseling.
Teknologi Informasi dalam bidang keilmuaan Bimbingan dan konseling sangatah di butuhkan untuk menunjang perkembangan serta kemajuan profesi guru BK. Bimbingan dan Konseling Komprehensif dalam kenyataannya memiliki hubungan timbal balik dengan TI untuk menyempurnakan ilmu masing-masing, sehingga perlu adanya hubungan yang berkesinambungan dan berlanjut dalam pengembangan ilmunya.
Teknologi Informasi sangat membantu berbagai masalah konselor dan konseli untuk melakukan proses konseling serta bimbingan. Dengan adanya kolaborasi antara Teknologi Informasi dengan Bimbingan dan Konseling, maka akan lebih mempermudah konselor untuk melakukan tugasnya. Melalui TI, Bimbingan dan Konseling dapat melaksanakan program-program dengan lebih baik.

 DAFTAR PUSTAKA

Agung Primadika. (2015). “Fenomena Pemanfaatan TI bagi BK”, (online). http://a-primadika.blogspot.co.id/. Diakses 10 September 2015.
Desi Mayasari. (2012). “Bimbingan dan Konseling Komprehensif”, (online). http://dhesimay.blogspot.com. Diakses: 02 Juli 2012.
Izeere. (2011). “Teknologi Informasi”, (online). http://izeere.blogspot.co.id/2011/09/teknologi-informasi.html. Diakses 10 September 2015.
Sri Maharsi . (2000). “Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2, No. 2, (online). http://stppyogyakarta.ac.id/artikel-ilmiah-dan-ilmiah-populer/artikel-ilmiah-dan-populer-tahun-2013. Diakses 11 September 2015.
Sugiyanto. “Bahan Kuliah 3 TI BK”, (online). http://staff.uny.ac.id/dosen/sugiyanto-mpd. Diakses tanggal 10 September 2015
Sulistyorini. (2012). “Urgensi Penggunaan Teknologi dalam BK”, (online). http://ninishoes.blogspot.co.id/2012/06/makalah-2.html. Diakses tanggal 10 Sepetember 2015.
Syamsul Hadi. (2014). “Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Para Ahli”, (online).
http://www.maribelajarbk.web.id/2014/11/pengertian-bimbingan-dan-konseling-menurut-ahli.html. Diakses tanggal 9 September 2015.

Monday 30 May 2016

MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU MANDAILING




KEBUDAYAAN SUKU MANDAILING
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Dalam tulisan MANDAILING DALAM LINTASAN SEJARAH oleh Drs. Pengaduan Lubis, yang dikabarkan dalam Mandailing.org, dinyatakan Suku bangsa atau kelompok etnis Mandailing. Suku bangsa atau kelompok etnis Mandailing memang mempuyai aksara sendiri yang dinamakan Surat Tulak-Tulak. Tetapi ternyata orang-orang Mandailing pada zaman dahulu tidak menggunakan aksara tersebut untuk menuliskan sejarah. Pada umumnya yang dituliskan adalah mengenai ilmu pengobatan tradisional, astronomi tradisional, ilmu ghaib, andung-andung dan tarombo atau silsilah keturunan keluarga-keluarga tertentu. Setelah sekolah berkembang di Mandailing, Surat Tulak-Tulak mulai dipergunakan oleh guru-guru untuk menuliskan cerita-cerita rakyat Mandailing sebagai bacaan murid-murid sekolah.

Beberapa legenda yang mengandungi unsur sejarah dan berkaitan dengan asal-usul marga orang Mandailing masih hidup di tengah masyarakat Mandailing. Seperti legenda Namora Pande Bosi dan legenda Si Baroar yang dtulis oleh Willem Iskandar pada abad ke-18 M. Tetapi legenda yang demikian itu tidak memberi keterangan yang cukup berarti mengenai sejarah Mandailing. Dalam beberapa catatan sejarah seperti sejarah Perang Paderi yang disusun oleh M. Radjab, disebut-sebut mengenai Mandailing dan keterlibatan orang Mandailing dalam Perang Paderi. Catatan sejarah ini hanya berhubungan dengan masyarakat Mandailing pada abad ke-18 dan awal masuknya orang Belanda ke Mandailing. Bagaimana sejarah atau keadaan masyarakat Mandailing pada abad-abad sebelumnya tidak terdapat tulisan yang mencatatnya.

Mpu Prapanca, seorang pujangga Kerajaan Majapahit menulis satu kitab yang berjudul Negarakertagama sekitar tahun 1365 M. kitab tersebut ditulisnya dalam bentuk syair yang berisi keterangan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit. Menurut Prof. Slamet Mulyana (1979:9), Kitab Negarakertagama adalah sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit. Berabad-abad setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, keberadaan dimana kitab ini tidak diketahui. Baru pada tahun 1894, satu Kitab Negarakertagama ditemukan di Puri Cakranegara di Pulau Lombok. Kemudian pada Juli 1979 ditemukan lagi satu Kitab Negarakertagama di Amlapura, Lombok.

Dalam Pupuh XIII Kitab Negarakertagama, nama Mandailing bersama nama banyak negeri di Sumatera dituliskan oleh Mpu Prapanca sebagai negara bawahan Kerajaan Majapahit. Tidak ada keterangan lain mengenai Mandailing, kecuali sebagai salah satu negara bawahan Kerajaan Majapahit. Namun demikian, dengan dituliskan nama Mandailing terdapatlah bukti sejarah yang otentik bahwa pada abad ke-14 M telah diakui keberadaannya sebagai salah satu negara bawahan Kerajaan Majapahit. Pengertian negara bawahan dalam hal ini tidak jelas artinya, karena tidak ada keterangan berikutnya.

Jadi dapatlah dikatakan bahwa Negeri Mandailing sudah ada sebelum abad ke-14 M. Karena sebelum keberadaannya dicatat tentunya Mandailing sudah terlebih dahulu ada. Kapan Negeri Mandailing mulai berdiri tidak diketahui secara persis. Tetapi karena nama Mandailing dalam kitab ini disebut-sebut bersama nama banyak negeri di Sumatera termasuk Pane dan Padang Lawas, kemungkinan sekali negeri Mandailing sudah mulai ada pada abad ke-5 M atau sebelumya. Karena Kerajaan Pane sudah disebut-sebut dalam catatan Cina pada abad ke-6 M. Dugaan yang demikian ini dapat dihubungkan dengan bukti sejarah berupa reruntuhan candi yang terdapat di Simangambat dekat Siabu. Candi tersebut adalah Candi Siwa yang dibangun sekitar abad ke-8 M.

Apakah pada abad ke-14 M, Mandailing merupakan satu kerajaan tidak diketahui. Karena dalam Kitab Negarakertagama, Mandailing tidak disebut-sebut sebagai kerajaan tetapi sebagai negara bawahan Kerajaan Majapahit. Tetapi dengan disebutkan negeri Mandailing sebagai negara, ada kemungkinan pada masa itu Mandailing merupakan satu kerajaan. Keterangan mengenai keadaaan Mandailing sebelum abad ke-14 M, tidak ada sama sekali kecuali keberadaan Candi Siwa di Simangambat. Namun demikian, berdasarkan berbagai peninggalan dari zaman pra sejarah dan peninggalan dari zaman Hindu/Buddha yang terdapat di Mandailing kita dapat mengemukakan keterangan yang bersifat hipotesis.
BAB II
PEMBAHASAN

ISI
Suku Mandailing adalah suku bangsa yang mendiami Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatera Utara beserta Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat, dan Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau. Mandailing merupakan kelompok masyarakat yang berbeda dengan suku, Hal ini terlihat dari perbedaan sistem sosial, asal usul, dan kepercayaan.

Pada masyarakat Minangkabau, Mandailing atau Mandahiliang menjadi salah satu nama suku yang ada pada masyarakat tersebut.
-          TATA CARA ACARA SUKU MANDAILING
Upacara Adat Pernikahan Mandailing

Sebelum acara adat dimulai, biasanya diperlukan perlengkapan upacara adat, seperti sirih (napuran/burangir) terdiri dari sirih, sentang (gambir), tembakau, soda, pinang, yang semuanya dimasukkan ke dalam sebuah tepak. Lalu, sebagai simbol kebesaran (paragat) disiapkan payung rarangan, pedang dan tombak, bendera adat (tonggol) dan langit-langit dengan tabir.

Adat pada suku Mandailing melibatkan banyak orang dari dalian na tolu, seperti mora, kahanggi dan anak boru. Prosesi upacara pernikahan dimulai dari musyawarah adat yang disebut makkobar/makkatai, yaitu berbicara dalam tutur sapa yang sangat khusus dan unik. Setiap anggota berbalas tutur, seperti berbalas pantun secara bergiliran. Orang pertama yang membuka pembicaraan adalah juru bicara yang punya hajat (suhut), dilanjutkan dengan menantu yang punya hajat (anak boru suhut), ipar dari anak boru (pisang raut), peserta musyawarah yang turut hadir (paralok-alok), raja adat di kampung tersebut (hatobangan), raja adat dari kambpung sebelah (raja torbing balok) dan raja diraja adat/pimpinan sidang (raja panusunan bulang).

Setelah itu, dilaksanakan acara tradisi yang dikenal dengan nama mangupa atau mangupa tondi dohot badan. Acara ini dilaksanakan sejak agama Islam masuk dan dianut oleh etnis Mandailing dengan mengacu kepada ajaran Islam dan adat. Biasanya ada kata-kata nasihat yang disampaikan saat acara ini. Tujuannya untuk memulihkan dan atau menguatkan semangat serta badan. Pangupa atau bahan untuk mangupa, berupa hidangan yang diletakkan ke dalam tampah besar dan diisi dengan nasi, telur dan ayam kampung dan garam.

Masing-masing hidangan memiliki makna secara simbolik. Contohnya, telur bulat yang terdiri dari kuning dan putih telur mencerminkan kebulatan (keutuhan) badan (tondi). Pangupa tersebut harus dimakan oleh pengantin sebagai tanda bahwa dalam menjalin rumah tangga nantinya akan ada tantangan berupa manis, pahit, asam dan asin kehidupan. Untuk itu, pengantin harus siap dan dapat menjalani dengan baik hubungan tersebut.
-PENINGGALAN
1. Makam

di daerah Panyabungan banyak terdapat kuburan-kuburan lama dari jaman pra-Islam.

Sebahagian dari kuburan-kuburan tersebut telah hancur akibat ulah penggali-penggali liar yang membongkar kuburan-kuburan ini guna mengambil harta benda yang terdapat di kuburan ini, antara lain piring-piring keramik besar asal Cina serta perhiasan-perhiasan dari tembaga. 

2. Desa Huta Siantar, hanya beberapa kilometer jaraknya dari Panyabungan. Di desa Huta Siantar 2ini terdapat berbagai kuburan-kuburan lama yang dibuat dari batu bata dan kemungkinan berasal dari awal jaman masuknya agama Islam.

Sebuah batu bulat besar dengan diameter 84 cm, Setengahnya tertanam dan penuh dengan lumut. Batu tersebut sesudah dibersihkan dari lumutnya. tampak sebuah ornamen geometris berbentuk bintang sepuluh. Dengan bantuan penduduk setempat kami membalikkan batu ini dan sesudah bagian yang sebelumnya tertanam dibersihkan, tampak selain ornamen-ornamen berbunga juga sebuah inskripsi beraksara Arab.

Sesudah dibersihkan lagi, sebagian dari inskripsi dapat dibaca, antara lain "berpulang ke ....(tak terbaca) Sutan .... nabi kita Muhammad...."

dan sebuah angka yang tidak jelas lagi, kemungkinan 265. Rupanya batu ini adalah sebuah batu nisan dan kemungkinan angka ini merupakan angka tahun wafatnya Sutan tersebut.

3. Pemakaman Raja Huta Godang Mandeling Julu
setiap Huta mempunyai sebidang tanah perkuburan. Kebiasaannya letaknya di luar Huta, tampi masih mudah didatangi. Selain daripada tanah perkuburan, di sekitar Huta biasanya terdapat pula tanah perkuburan makam-makam leluhur yang mula-mula membuka Huta tertentu. Pada masa lampau, walaupun tidak dengan cara-cara yang khusus dan istimewa, tempat makam leluhur dihormati oleh penduduk Huta. Meskipun tidak merupakan suatu tradisi yang mengikut, tetapi kalau Raja atau anggota keluarga Raja meninggal dunia, mereka dikebumikan di pemakaman leluhur.























BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN
 Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.

SARAN
-Diharapkan kepada masyarakat mandailing agar dapat mempertahankan alat musik gordang sambilan khususnya generasi muda.
-diharapkan pemerintah agar lebih peduli dalam pelestarian alat musik tradisional gordang sambilan agar tidak punah seiring perkembangan zaman
- penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman untuk peneliti berikutnya

http://yundikirtayasa.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kebudayaan-suku-mandailing.html

MAKALAH skala pengukuran




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum waramatullahi wabarakatuh
Dengan mengucap syukur kepada Allah Swt penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas dari mata kuliah “Metodologi Penelitian Pendidikan”
Dalam makalah ini akan disajikan materi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Materi yang termuat dalam makalah ini tentunya mengandung nilai edukasi yang dapat membuat yang membacanya terutama mahasiswa sedikit banyak memperoleh pengetahuan sebagai bekal kedepan.
Penyusun sadar makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu penyusun sangat terbuka bagi kritik dan saran demi peraikan di masa depan. Akhirnya penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, penyusun mohon maaf atas segala kekurangannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Makassar, November  2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I : Pendahuluan......................................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................ 1
Bab II : Pembahasan......................................................................................... 3
A.    Pengertian Skala............................................................................................... 3
B.     Macam-macam Skala........................................................................................ 3
1.      Menurut Steven................................................................................................ 3
a.       Skala Nominal.................................................................................................. 3
b.      Skala Ordinal.................................................................................................... 4
c.       Skala Interval................................................................................................... 4
d.      Skala Rasio ......................................................................................................  4
2.   Menurut Soegeng....................................................................................... 5
a.       Skala Likert...................................................................................................... 5
b.      Skala Thurstone................................................................................................ 7
c.       Skala Guttman.................................................................................................. 8
d.      Skala Semantik Diferensial.............................................................................. 9
Bab III : Penutup.............................................................................................. 10
A.    Kesimpulan.......................................................................................................   11
B.     Saran.................................................................................................................   11
Daftar Pustaka.................................................................................................. 12

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap instrumen harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat diukur, penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang menjadi standarisasi sebuah ukuran.
Misalnya dalam mengukur berat telah disepakati bersama untuk menggunakan satuan mg, gram, kilogram hingga ton.
Melalui pengukuran skala akan mempermudah kita untuk mengolah data yang telah kita kumpulkan baik itu dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan akan muncul dan dibahas pada makalah ini adalah
1.      Apa yang dimaksud skala nominal ?
2.      Apa yang dimaksud skala ordinal?
3.      Apa yang dimaksud skala interval ?
4.      Apa yang dimaksud skala rasio ?
5.      Apa yang dimaksud skala Likert ?
6.      Apa yang dimaksud skala Thurstone ?
7.      Apa yang dimaksud skala Guttman?
8.      Apa yang dimaksud skala semantif diferensial ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Skala
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data. (Ramli : 2011)

B.     Macam-macam Skala Pengukuran
1.    Steven (dalam Singarimbun dan Effendi 1989 : 101-104; irawan 1999 : 88-91) dalam Tahir (2011,48), membagi skala pengukuran penelitian sosial menjadi empat kategori yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.
a.       Skala nominal, adalah skala yang memungkinkan peneliti mengelompokkan objek, individual atau kelompok kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode tertentu. Misalnya, 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan ; 1 = Dewasa, 2 = Anak-anak (Septyanto : 2008).
Skala ini termasuk jenis data kualitatif, selain untuk mengelompokkan variabel jenis kelamin juga biasa digunakan untuk mengelompokkan agama, suku, golongan darah (Statistik : 2012).
Skala nominal bersifat mutually excusive  atau setiap objek hanya memiliki satu kategori (Lababa : 2008)
b.      Skala ordinal, skala nominal tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan peringkat kategori tersebut (Septyanto : 2008).
Walaupun berupa angka skala ini tidak memiliki nilai kuantitas (Tahir,2011,49) yang artinya tidak dapat dilakukan perhitungan matematika karena angka-angka disini hanya berupa simbol. Misalnya, untuk menentukan tingkat prestasi kerja karyawan perusahaan A dapat disimbolkan, 5 = Sangat Baik, 4 = Baik Sekali, 3 = Baik, 2 = kurang baik, 1 = Tidak baik atau untuk mengukur intensitas curah hujan bisa disimbolkan a = Deras/tinggi, b = Sedang, c = ringan/rendah (Rahardi : 2007)
c.       Skala interval, skala yang membedakan kategori tertentu dengan selang atau jarak tertentu dan jarak antar kategorinya sama. Skala ini tidak memiliki nilai nol mutlak. Misalnya membagi tinggi badan kedalam 4 interval yaitu : 155-159, 160-164, 165-169, 170-174 (wikipedia)
Contoh lain, jarak pukul 06.00-08.00 sama antara pukul 18.00-20.00 tetapi kita tidak dapat menyatakan pukul 18.00 dua kali lebih lambat dari pukul 06.00 (Septyanto : 2008)
d.      Skala rasio, skala pengukuran yang memiliki nilai nol mutlak dan disebut skala yang tertiggi karena mempunyai semua sifat yang ada pada skala sebelumnya. (Lababa : 2008). Misalnya, Berat badan A ; 35 kg dan berat badan B = 70 kg dapat dinyatakan bahwa rasio berat A dan B adalah 2 : 1 (statistik : 2012)
Contoh lain, aset perusahaan A sebesar 1 milyar dan aset perusahaan B sebesar 3 milyar, al ini dapat dinyatakan bahwa rasio besar aset perusahaan A dan B adalah 1 : 3 (Septyanto : 2008)

2. Menurut Soegeng (2006 : 89-93) dalam Tahir (2011,49) ada 4 tipe  pokok dari skala sikap yaitu : skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman dan skala semantik deferensial.
a.       Skala Likert (Method of Summated Rating), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi dari individu atau kelompok tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini disebut variabel penelitian yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Jawaban dari setiap instrumen yang mengguakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yag dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ; selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk centang (checklist) ataupun pilihan ganda.

Contoh bentuk centang :
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia
No.
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1.


2.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda
.............................................




   Sumber : Sugiyono, 2012,137      
Keterangan : SS = Sangat Setuju, ST = Setuju, RG = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

Contoh bentuk pilihan ganda :
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda dengan memberi tanda silang pada huruf jawaban yang tersedia.
1.      Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda
a.       Sangat tidak setuju
b.      Tidak setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Setuju
e.       Sangat setuju
Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor. Jawaban positif diberi nilai terbesar hingga jawaban negatif diberi nilai negatif (Sugiyono, 2012,136-139)

b.      Skala Thurstone (Method of Equal Appearing Intervals),  adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan bila disusun, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Misalnya,          
1 2  3  4  5  6  7  8  9 10  11   
Nilai pada angka 1 pada skala diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 9 menyatakan sangat relevan. (Dahlia : 2011)
Contoh lain, saya baru akan memulai aktifitas ketika waktu mendesak
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Peneliti memberikan instruksi terlebih dahulu ke responden bahwa semakin menjurus kehuruf A maka jawabannya akan semakin positif dan semakin ke hruf K jawabannya semakin negatif (Samian : 2008)

c.       Skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas  yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.
Contoh :
1.      Apakah Anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini
a.       Ya
b.      Tidak
Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012,140)
Skala ini disebut juga skala kumulatif karena jawaban dapat diakumulasikan misalnya
1.      Asosiasi guru-rang tua muid mempunyai peran penting dalam perkembangan sekolah
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
2.      Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan sekolah
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
3.      Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk meningkatkan kualitas sekolah
a.      Setuju
b.     Tidak setuju
(Darmadi, 2011,109)
Sehingga subjek yang setuju dengan butir 2, setuju dengan butir pertama daan subjek yang setuju butir 3 setuju akan butir 1 dan 2 (Tahir,2011,50)

d. Skala semantik deferensial, skala ini digunakan untuk mengukur sikap . tetapi bentuknya tdak pilhan ganda dan tidak centang tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis sedangkan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
                               Contoh :
                                      Bagaimana gaya kepemimpinan ketua tingkat Anda
                               Bersahabat            5 4 3 2 1          Bermusuhan
                               Tepat waktu         5 4 3 2 1          Tidak tepat waktu
                               Jujur                      5 4 3 2 1          Berbohong
                               Cerdas                  5 4 3 2 1          bodoh
                               Demokratis           4 2 3 2 1          Otoriter
Responden dapat memilih jawaban, dengan rentang jawaban yang positif sampai negatif. Hal ini tergantung persepsi responden kepada yang dinilai (Sugiyono,2012,141)


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
            Skala digunakan untuk mengukur variabel yang  akan diteliti. Skala pengukuran dibuat dengan maksud agar hasil yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka.
            Skala menurut Steven terbagi menjadi skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Dan menurut Soegeng skala sikap terbagi menjadi skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman dan skala sematik deferensial.

B.     Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu penyusun membuka pintu saran dan kritik agar kedepannya makalah ini dan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

 DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. 2011. Skala Likert, Skala Guttman, Skala Thurstone. http://cikgudahlia.com/2011/12/skala-likert-skala guttman-skala.html?m=1 25 November 2012
Darmadi, Hamid.2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta
Guru Statistik. 2012. Skala pengukuran variabel. http://gurustatistik.wordpress.com./2012/05/22/skala-pengukuran-variabel/ 25 November 2012
Lababa, Djunaidi. 2008. Skala Pengukuran. http;//statistikpendidikan.blogspot.com/2008/03/skala-pengukuran.html?m=1. 25 November 2012    
Rahardi, Dicky. 2007. Skala Pengukuran. http:/dickyrahardi.blogspot.com/2007/02/skala-pengukuran.html?m=1. 25 November 2012.
Ramli, Kamrianti. 2011. Skala pengukuran dan instrumen penelitian. http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/16/skala-pengukuran-dan-instrumen-penelitian/ 24 November 2012

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Nama Konseli ...