PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses
pembelajaran dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar. Di
samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu
aspek yang penting, yaitu motivasi siswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya
siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang-sedang saja.
Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali
menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas,
apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara
memahaminya adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984),
bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari
dalam dan dari luar diri siswa.
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri
siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem
pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor-faktor dari dalam diri siswa
mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Namun pada
kenyataannya dalam suatu kelas, keadaan siswa bermacam-macam untuk belajar
maupun menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru
perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar, dan kondisi intern siswa yang
belajar. Sehingga pentingnya motivasi, jenis dan sifat motivasi, dan upaya
peningkatan motivasi belajar benar-benar perlu dipahami.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian motivasi belajar?
2.
Apa pentingnya motivasi dalam belajar?
3.
Apa jenis dan sifat dalam motivasi belajar?
4.
Bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Motivasi dan Pentingnya Motivasi
Ada 3 peristiwa
yang dapat digunakan sebagai pemisalan yaitu peristiwa pertama, siswa segan
belajar karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah. Siswa
tersebut bermotivasi rendah, karena kurangnya memperoleh informasi. Peristiwa
kedua, motivasi belajar siswa menurun, karena gangguan ekstern belajar. Pada
kedua peristiwa tersebut, motivasi belajar siswa menjadi lebih baik setelah
guru mengubah kondisi eksten belajar siswa. Peristiwa ketiga, siswa memiliki
motivasi belajar tinggi. Walaupun guru tidak membantu siswa, tetapi siswa mampu
mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya.
1. Pengertian
motivasi
Istilah motivasi
berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti ”menggerakan”. Berdasarkan
pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence pada tingkah laku
tersebut.
Ames dan Ames
(1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai
dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya
bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas,
akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini
menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.
Motivasi juga
dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku
tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu
tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh.
Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk
mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan
melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Pada diri siswa
terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak peristiwa. Kekuatan penggerak
tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa pertama, motivasi siswa
yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar.
Pada kedua peristiwa tersebut, peranan guru mempertinggi motivasi belajar siswa
sangat berarti. Pada peristiwa ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi.
Sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan seperti:
- Kekuatan apa yang menjadi
bergerak belajar siswa?
- Berapa lama kekuatan tersebut
berpengaruh dala kegiatan belajar?
- Dapatkah kekuatan tersebut
dipelihara?
Siswa belajar
karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, dan cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong
rendah, atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan
mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,
sasaran, dan insentif. Keadaan jiwa tersebutlah yang mengaktifkan, mengarahkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara,
1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987)
Ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu:
- Kebutuhan
- Dorongan
- Tujuan
Kebutuhan terjadi
bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang
ia harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah,
padahal ia memiliki waktu pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup
waktu, tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang
digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik, sedangkan
ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, siswa mengubah
cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang
berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang
berorientasi tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagai ilustrasi, siswa
kelas tiga SMP memiliki harapan untuk diterima sebagai siswa SMA terbaik di
kotanya. Sisw atersebut memperoleh hasil belajar rendah pada mata pelajaran
matematika dan IPA dalam ulangan bulan ke satu. Menyadari hal tersebut, maka
siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Pada ulangan
keduua hasil belajarnya bertambah baik. Menyadari hasil belajarnya bertambah
baik, maka semangat belajar siswa menjadi tinggi. Tujuan adalah hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal
ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan semangat belajar
tinggi tersebut menunjukkan bahwa bertujuan lulus SMP dengan nilai yang
memuaskan dan diterima di SMA yang ia inginkan.
Maslow membagi kebutuhan menjadi
lima tingkat, yaitu:
- Kebutuhan fisiologis
- Kebutuhan akan perasaan aman
- Kebutuhan social
- Kebutuhan akan penghargaan
diri, dan
- Kebutuhan untuk aktualisasi
diri
Kebutuhan
fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti papan, sandang,
pangan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan keamanan yang bersifat fisik, dan
psikologis. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh
orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikut sertakan
pemilikan harga diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan
kebutuhan individu untuk menjadi Sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.
Dari segi
dorongan, menurut Hull motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme.
Disamping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara
kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab
munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan
oleh respons dari organisme, kekuatan dorongan organisme dan penguatan kedua
hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama
perilaku, tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh
factor-faktor eksternal. Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman)
mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.
Dari segi tujuan,
maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Jika tujuan trercapai maka
kebutuhan terpenuhi untuk “sementara”. Jika kebuthan trepenuhi, maka orang menjadi
puas, dan dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”.
Lama kekuatan
mental dala diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut
Havighurst tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak sekolah,
masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut.
Menurut Monks,
kekuatan mental atau kekuatan motivasi tersebut dapat dipelihara. Perjalanan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.
Menurut Monks, faham-faham interaksionis faham tugas perkembangan, dan teori
emansipasi mengakui pentingnya pemeliharaan kekuatan motivasi belajar. Dorongan dari dalam atau kekuatan mental dan
pengaruh dari luar berpengaruh pada kemajuan individu. Interaksi kekuatan
mental dan lingkuan luat tersebut ditentukan pula oleh respons dan prakarsa
pribadi pelaku (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989, Koeswara; Biggs & Telfer;
1987).
2. Pentingnya
Motivasi dalam Belajar
Penelitian
psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek
terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan da nada yang berupa manusia.
Penelit yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan
behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah peneliti
kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industry, tenaga kerja,
urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. para ahli
berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum,
insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
- Menyadarkan kedudukan pada
awal belajar, proses, dan hasil akhir
- Menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya
- Mengarahkan kegiatan belajar
- Membesarkan semangat belajar
- Menyadarkan tentang adanya
perjalanan belajar
Motivasi belajar juga penting
diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar
pada siswa bermanfaat bagi guru, sebagai berikut:
- Membangkitkan, meningkatkan,
dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
- Digunakan sebagai strategi
mengajar belajar, karena motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam
- Meningkatkan dan menyadarkan
guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai
penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau guru pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu
sesuai dengan perilaku siswa.
- Memberi peluang guru untuk
“untuk kerja” rekayasa pedagogis
2.2 Jenis dan Sifat Motivasi
Motivasi sebagai
kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa
mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan
pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar
pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya,
tetapi mereka umumnya seoendapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis yatu, motivasi primer dan motivasi sekunder.
1. Jenis Motivasi
Motivasi primer adalah
motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut
umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani manusia. Manusia adalah
makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau
kebutuhan jasmaninya. Mc Dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku
terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan
mencapai kepuasan. Tingkah laku insting dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu
secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah
memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri,
rasa ingin tahu, membangun, dan kawin. (Koeswara, 1989; Jalaluddin Rachman;
1991)
Ahli lain, Freud
berbndapat bahwa insting memiliki empat ciri-, yaitu tekanan, sasaram, objek,
dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah
laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu
semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. Kepuasan tercapai,
bila tekanan energi pada insting berkurang. Menurut Freud, energy bekerja
memelihara keseimbangan fisis. Insting bekerja sepanjang hidup. Yang mengalami
perubahan adalah cara pemuasan atau obyek pemuasan. Tingkah laku individu yang
memuaskan insting dapat secara lansung atau dengan menekan. Penekanan insting
tersebut tidak menghilangkan energy. Penekanan insting tersebut diupayakan
masuk alam tidak sadar. Tingkah laku manusia sedemikian kompleks, ada yang
dapat dikenali motivasi dari alam sadarnya, da nada pula yang berasal dari alam
tak sadarnya (Koeswara, 1989; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi sekunder
adalah motivasi yang dipelajari.. hal ini berbeda dengan motivasi primer.
Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar.
Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar
dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “bekerja dengan baik”
merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh
gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang
merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik.
Menurut beberapa
ahli, manusia adalah makhluk social. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh
factor biologis saja, tetapi juga factor-faktor social. Perilaku manusia
terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen tersebut terdiri dari motif
social, sikap, dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait
dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan
kebiasaan bertindak (Jalaluddin Rachmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi social
atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para
ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda.
Misalnya Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder menjadi
keinginan-keinginan seperti berikut:
·
Memperoleh pengalaman baru
·
Untuk mendapat respons
·
Memperoleh pengakuan
·
Memperoleh rasa aman
Perilaku juga
terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis kegoncangan seseorang.
Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi
memiliki fungsi sebagai:
- Pembangkit energi misalnya,
karena dicemoohkan orang menjadi berusaha keras sehingga berhasil
- Pemberi informasi pada orang
lain, seperti rasa sedih terlukis dalam wajah
- Pembawa pesan dalam
berhubungan dengan orang lain, seperti pembicara yang bersemangat
menimbulkan semangat kerja, dan
- Sumber informasi tentang diri
seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat
Perilaku juga
terpengaruh oleh adanya pengetahuan yangdipercaya, pengetauan yangdipercaya
tersebut adakalanya berdasarkan akal, ataupun tak berdasarkan akal sehat.
Pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku. Sebagai ilustrasi,
orang tetap merokok dengan motivasi yang berbeda. Ada yang ingin menunjukkan kejantanan,
ada yang mengisi waktu luang, ada pula yang ingin menimbulkan kreativitas,
meskipun mereka ini juga menyadari akan bahaya rokok.
Oerilaku juga terpengaruh oleh
kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung
otomatis. Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan hasil belajar. Kemauan
merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang timbul karena
adanya:
- Keinginan yang kuat untuk
mencapai tujuan
- Pengetahuan tentang cara
memperoleh tujuan
- Energy dan kecerdasan
- Pengeluaran yang tepat untuk
mencapai tujuan
Dengan kata lain, kebiasaan dan
kemauan seseorang mempertinggi motif untuk berperilaku. Motivasi belajar
diperkuat dengan adanya sikap, emosi, kesadaran, kebiasaan, dan kemauan (Sumadu
Suryabrata, 1991; Singgih Gunarsa, 1990; Monks, Konoers, Siti Rahayu, 1989).
2. Sifat Motivasi
Motivasi
seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang terkenal sebagai
motivasi internal, dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi
eksternal.
Di samping itu,
juga bisa membedakan motivasi instrinsik dan karena orang tersebut senang
melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia
ingin mengetahu kisah tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang
mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut
menamatkan sebuah buku, maka ia mencari buku lain, dalam hal ini, motivasi
instrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut
Monks motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini
berarti motivasi instrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan
kunci keberhasilan belajar. (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; 161-164).
Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang, yang ada di luar
perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena adanya dorongan dari
luar seperti adanya hadiah, atau menghindari hukuman. Dalam hal ini motivasi
ekstrinsik juga “dapat berubah” menjadi motivasi instrinsik.
Pada tempatnya
diketahui bahwa para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda-beda pada
motivasi. Akibatnya saran tentang pembelajaran juga berbeda-beda. McDougall dan
Freud menekankan pentingnya motivasi instrinsik. Skinner dan Bandura menekankan
pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa kedua
motivasi tersebut sama pentingnya.
Motivasi
ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman
sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan
hasil yang sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau
orangtua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik, atau memperoleh nilai
kurang, maka ia akan meperoleh
“peringatan atau hukuman” dari guru atau orangtua. “Peringatan” tersebut tidak
menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang
memperoleh “peringatan” dari guru atau orangtua. Dalam hal ini, hukuman dan
juga hadiah, dapat merupakan motivasi ekstinsik bagi siswa untuk belajar dengan
bersemangat. (Siagia, 1989; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs 7
Telfer;1987; Winkel, 1991).
Ada baiknya juga
memperhatikan pandangan Maslow dan Rogers yang mengakui pentingnya motivasi
instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk
mengaktualisasi diri. Ia menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasi
diri. Ciri tersebut adalah:
Ø
Berkemampuan mengamati suatu realistis secara efisien, apa adanya dan
terbatas dari subjektivitas
Ø
Dapat menerima diri sendiri maupun orang lain secara sewajarnya
Ø
Berperilaku spontan, sederhana, dan wajar
Ø
Terpusat pada masalah atau tugasnya
Ø
Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi
Ø
Memiliki kebebasan dan kemadirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya; ia
mampu mendisiplinkan diri aktif, dan bertanggungjawab atas dirinya
Ø
Dapat menghargai dengan rasa hormat dan dan penuh gairah
Ø
Dapat mengalami pengalaman puncak, seperti terwujud dalam kreativitas,
penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan
Ø
Memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi
Ø
Dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar
Ø
Memiliki watak terbuka dan bebas prasangka
Ø
Memiliki standar kesusilaan tinggi
Ø
Memiliki rasa humor terpelajar
Ø
Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam pengetahua,
kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan
Ø
Memiliki otonomi tinggi
Motivasi
mengaktualisasi diri tersebut berjalan sesua dengan kemampuan setiap orang.
Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah. Sebagai
ilustrasi, dapat diperhitungkan
betapa sulitnya seorang anak desa, yang berjuang sepanjang hayat, yang
dikemudian hari diberi kepercayaan memimpin negara, bangsa oleh seluruh rakyat.
Motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa
pedagogis guru. Pada tempatnya guru mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut.
Untuk mengenal motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini
berarti bahwa guru SMP dan SMA, sesuai tuntutan profesi guru, sebaiknya belajar
meneliti sambil praktetk mendidik di sekolah.
Ada
kalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik.
Dalam hal ini sebaiknya guru berpegang pada motivasi ekstrinsik. Dengan
menggunakan penguat berupa hadiah atau hukuman. Sebaiknya guru memperbaiki
disiplin diri siswa dalam beremansipasi.
2.3 Motivasi
dalam Belajar
Dalam perilaku
belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang
instrinsik, atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut
berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakatlai. Guru sebagai
pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia
wajib belajar. Orangtua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
1. Unsur-unsur yang
mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar
ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar
tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan
persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi
belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa,
motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi
belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca
majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indera untuk mengucap
kata. Keberhasilan mengucap kata dari symbol pada huruf-huruf mendorong
keinginan menyelesaikan tugas membaca. (Monks, 1989; Singgih Gunarsa, 1990).
a) Cita-cita atau
aspirasi siswa
Motivasi belajar
tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan,
makan makanan yang lezat, berebut permainan, dan lain sebagainya. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari
cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan
akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita
juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi
emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan
semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga
hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan
menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu
singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan
telah disertai dengan penghitungan dengan akal sehat. Cita-cita dapat
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab
tercapainya cita-cita akan memwujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260;
Schein, 1991: Singgih Gunarsa, 1990: 183-199).
b) Kemampuan siswa
Keinginan seorang
anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi Siswa
Kondisi siswa
yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa
yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah
menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa akan
berpengaruh pada motivasi belajar.
d) Kondisi
Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa
dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan
hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang
aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah
diperkuat.
e) Unsur-unsur
Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan
berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada
motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,
lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan
budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan film
semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi
belajar. Oleh sebab itu, guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua
itu agar tercipta kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran dan untuk
memotivasi belajar.
f) Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah
seorang pendidik yang professional dan juga seorang pendidik yang berkembang.
Tugas profesionalnyha mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Sebagai
pendidik, guru dapat memilih dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan
memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
Partisipasi dan teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya
membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di
luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:
- Menyelenggarakan tertib
belajar di sekolah
- Membina disiplin belajar dalam
tiap kesempatan
- Membina belajar tertib
pergaulan
- Membina belajar tertib
lingkungan sekolah.
Disamping itu,
upaya pembelajaran secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya
meliputi:
- Pemahaman tentang diri siswa
dalam rangka kewajiban tertib belajar
- Pemanfaatan penguatan berupa
hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna
- Mendidik cinta belajar.
Upaya
pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat
pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka,
dan pusat pendidikan pemuda lainnya. Guru professional dituntut menjalin kerja
sama pendagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan
belajar “tertib hidup” merupakan kerjasama sekolah dan luar sekolah.
2. Upaya
meningkatkan Motivasi Belajar
Perilaku belajar merupakan salah
satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat kabar dengan keinginan
mencari sekolah yang benar, akan memperoleh kepuasan karena ia memperoleh
informasi yang benar. Perilaku membaca pada anak “pencari informasi sekolah”
berbeda dengan perilaku membaca kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya
dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran. Membaca
dengan motivasi “mencari sesuatu”. Guru di sekolah menghadapi banyak siswa
dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru mengingatkan
motivasi belajar cukup banyak.
a) Optimalisasi
penerapan prinsip belajar
Perilaku belajar di sekolah telah
menjadi pola umum. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula hanya
ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan tugas-tugas
sekolahnya, kemudian mereka mulai menyenangi belajar. Bermain-main merupakan
hal yang menyenangkan bagi bagian besar siswa. Siswa akan menyadari bahwa
bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian motivasi belajar, belajar giat, istirahat,
belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah pola perilaku kehidupan yang wajar
bagi anggot amasyarakat.
Dalam upaya pembelajaran, guru
berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan, atau
mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan:
- Guru telah mempelajari bahan
pelajaran
- Guru telah memahami
bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar
- Guru telah menguasai cara-cara
mempelajari bahan, dan
- Guru telah memahami sifat
bahan pelajaran tersebut.
b) Optimalisasi
unsur dinamis belajar dam pembelajaran
Seorang siswa
akan belajar dengan seutuh pribadinya. Peranan kemauan, pikiran, perhatian,
fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian
ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancar. Ketidaksejajaran tersebut
disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energy
jiwa. Pada suatu saat perasaan siswa kecewa, dan akibatnya kemauan belajar
menurun. Atau walaupun perasaannya kecewa, ia dapat mengatasinya, dan kemuan
dan semangat belajar diperkuat. Sebaliknya, lingkungan yang berupa teman
belajar, surat kabar, radio, majalah, televise, guru, orangtua juga akan
memperngaruhinya. Ada teman belajar yang putus asa, ada pula yang tegar.
Unsur-unsur lingkungan tersebut ada yang mendorong, da nada pula yang
menghambat kegiatan belajar. Keputusan akan belajar giat, ataupun menangguhkan
belajar, ada pada diri siswa sendiri.
Guru
adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang menilai
kesempatan belajar. Oleh karena itu, guru dapat mengupayakan optimalisasi
unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa.
Upaya optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
Ø
Memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya
Ø
Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak
belajar
Ø
Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan
kepada siswa untuk beraktualisasi diri
dalam belajar
Ø
Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, media-media
yang menggangu pemusatan perhatian belajar harus dicegah
Ø
Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan
aktualisasi diri siswa”
Ø
Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia
dapat mengatasi segala hambatan
c) Optomalisasi
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Perilaku belajar
siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku belajar
setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran sekolah.
Guru adalah
“penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu
memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar,
guru diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera
membantu mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi kesukaran belajar”
perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman
belajar dan kemapuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
Ø
Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar
siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut
selanjutnya diserahkan kepada guru
Ø
Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
Ø
Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkannya
Ø
Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian mengatasi
kesukaran
Ø
Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran
Ø
Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk
membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran
Ø
Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran
belajarnya sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku belajar
dilakukan oleh si pebelajar. Pada diri si pebelajar terdapat kekuatan mental
penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, dan
kemauan atau cita-cita itu disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi
tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pebelajar. Motivasi belajar
sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru
Beberapa
ahli menitik beratkan segi-segi tertentu dari motivasi. Maslow membedakan lima
tingkat kebutuhan. McCleland mengemukakan tiga jenis kebutuhan dasar. Sedangkan
Hull menunjukkan pentingnya kebutuhan organisme dalam perkembangan motivasi.
Sebagai
kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi motivasi
internal dan eksternal. Disamping itu ada juga ahli yang membedakan adanya
motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Adanya
pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi
tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami dan
merupakan kekuatan mental pebelajar dalam belajar. Dari sisi siswa, motivasi
tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan
dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar
sepanjang hayat. Dari sisi guru, motivasi belajar pada pebelajar berada pada lingkup
program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru berpeluang untuk
meningkatkan, mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dengan
optimalisasi.
3.2 Saran
Belajar merupakan
kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Untuk itu, pengetahuan tentang
“belajar, karena ditugasi oleh guru” dan “belajar, karena motivasi diri”
penting bagi guru dan calon guru. Tidak hanya guru, motivasi juga penting bagi
siswa agar siswa dan guru mampu mencapai tujuan dari belajar dan pembelajaran
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono.1994.Belajar dan
Pembelajaran.Jakarta: Dirjen Dikti.
http://yahyanurkan.blogspot.co.id/2015/04/makalah-motivasi-belajar.html