Tuesday 28 February 2017

Proposal Hubungan Pelayanan Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup.
Hubungan antara konselor dengan siswa (klien) akan terjalin dengan mengadakan bimbingan dan konseling sehingga menjadi suatu keakraban dan keterbukaan. Siswa akan merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru, juga mendapatkan motivasi untuk belajar. Siswa yang mempunyai masalah dapat langsung menemui guru pembimbing untuk berkonsultasi sehingga permasalahan yang dihadapinya tidak semakin berlarut-larut. Oleh karena itu seorang konselor harus mempunyai keahlian khusus dan metode yang menarik dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.
Hakikatnya sumber permasalahan yang dihadapi oleh siswa pada masa remaja pada intinya berasal dari luar diri mereka. Seperti sikap orang tua, keadaan keluarga, pengaruh tayangan televisi, film-video, perilaku teman sebaya yang menyimpang dan faktor negatif lainnya dalam kehidupan sosial.
Faktor-faktor ini merupakan hal yang menunjang timbulnya permasalahan
sehingga dapat mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa.
 Faktor-faktor ini merupakan hal yang menunjang timbulnya permasalahan  sehingga dapat mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa.


Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah pelayanan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka. Oleh karena itu, peran kita sebagai guru BK menghadapi siswa yang seperti itu adalah mengarahkan agar siswa mempunyai kelompok belajar sendiri di rumah, berkolaborasi dengan orang tua siswa yang bersangkutan untuk memantau dan memotivasi belajar anak agar mereka bisa disiplin dalam belajar. Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Pelayanan guru bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa.Berpijak pada paparan di atas, maka diasumsikan bahwa apabila siswa dapat mengatur waktu belajarnya dengan baik dan pelayanan guru Bimbingan Konseling dapat berjalan secara efektif maka mereka akan dapat berdisiplin dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang mereka harapkan. Kenyataan asumsi tersebut dapat terjadi di setiap sekolah, seperti halnya di SMPN 6 Terbanggi Besar, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji.
B.      Rumusan Masalah
1.    Adakah hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa?
2.    Sejauh mana hubungan pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi?

C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
2.    Untuk mendeskripsikan kedisiplinan belajar siswa SMPN 6 Terbanggi Besar
3.    Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.


D.      Kegunaan  Penelitian
Dari hasil penelitian yang saya lakukan ada kegunaan nya sebagai berikut:
1.    Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
2.    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

E.      Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari kesalah pahaman, maka penulis memberikan batasan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode angket Peneliti membatasi masalah, pada kedisiplinan siswa dalam belajar dengan aktifitas lain yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari Pembahasan hanya sebatas kedisiplinan siswa dan pelayanan guru BK untuk siswa SMP.

F.       Ruang Lingkup Penelitian
Dalam pene;itian penulis penelitian pada keterangan sebagai berikut:
1.    Sifat penelitian                          : penelitian kuantitatif
2.    Jenis penelitian                                    : korelasi
3.    Subyek penelitian                    : subjek penelitian ini adalah pesertadidik VIII
4.    Objek penelitian                                    :objek penelitian ini adalah konselor dalam bimbingan dan konseling nya meneliti tentang Hubungan Pelayanan Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa.
5.    Tempat penelitian                     : SMP N 6 Terbanggi Besar







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut W.S. Winkel, seorang guru pembimbing (konselor) sekolah adalah orang yang memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini guru pembimbing (konselor) dalam institusi pendidikan tidak dapat lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya kepada para konseling sendiri. Ini berarti guru pembimbing baik dari segi teoritis maupun segi praktis harus bertindak sebagai ketua kelompok diskusi dan sebagai pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu guru pembimbing harus memenuhi syarat yang menyangkut pendidikan akademik, kepribadian, keterampila berkomunikasi dengan orang lain dan penggunaan teknik teknik konseling.
Abin Syamsudin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai konsuler dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, diagnose, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor professional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing leh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, mencuri kelas ringan, dll.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.
Prayitno (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan untuk :Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Sebagai guru BK kita mempunyai peran yang sangat penting dalam membimbing siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, seperti halnya kedisiplinan belajar. Dalam permasalahan kedisiplinan belajar sebagai seorang guru BK kita harus tanggap dengan adanya permasalahan tersebut dan bisa mengidentifikasi adanya masalah dan penyebab dari masalah tersebut dan apa yang akan dilakukan atau diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kedisplinan dalam belajar.




B.   Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah
Kedisiplinan dibentuk dari kata disiplin, secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi “kedisiplinane” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Sejalan dengan itu dijelaskan Mulyati (2007:168) “kedisiplinan adalah ketaatan (kepatuhan kepada peraturan dan tata tertib).” Sekarang ini kata kedisiplinan telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak pengertian kedisiplinan ang bermacam dari para ahli yang satu dengan yang lain.
Dalam penelitian ini kedisiplinan yang dimaksud adalah kedisiplinan siswa dalam belajar, berikut ini pengertian kedisiplinan yang diungkapkan oleh beberapa sumber. Kedisiplinan dalam arti luas menurut Ahmad Rohani (2004:133) yakni : Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Dolet Unaradjan (2003:62) menyatakan bahwa disiplin yaitu suatu upaya sadar dan bertanggung jawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar membuahkan ha-hal positif baik bagi dirisendiri maupun orang lain. Kedisiplinan berpengaruh besar pada kesuksesan manusia. Sedangkan menurut Mulyati (2007:102, “disiplin yaitu perangkat teori dan teknik yang perlu dipelajari dan dikuasai untuk dapat diterapkan di lapangan.”Adapun Soegeng Prijodarminto (2004:23) menyatakan hal berikut:  
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku d alam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.
menurut Sukardi (2003: 102) menjelaskan disiplin diartikan sebagai suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan. Masalah disiplin berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan harus ditaati. Disiplin bukan hanya mempunyai arti taat atau patuh pada peraturan atau ketentuan yang datang dari orang lain, lembaga atau pemerintah, namun aturan-aturan tersebut juga datang dari diri sendiri yang merupakan kesadaran, kerelaan untuk melaksanakan rencana kegiatan yang telah direncanakan. Seorang yang disiplin berarti tingkah laku dan keputusannya dilakukan dengan sadar dan rela, sesuatu yang memungkinkan dapat menjadikan dirinya sebagai orang yang taat pada peraturan yang berlaku. Sukardi (2003: 102) menjelaskan disiplin diartikan sebagai suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.
Mulyono (1993: 1) menjelaskan bahwa dalam surat edaran yang berkaitan dengan gerakan disiplin nasional mengartikan disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar.Disiplin belajar dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah suatu rentetan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan sikap hidup yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar dalam rangka untuk mencapai tujuan. Jadi disiplin belajar merupakan suatu sikap mental yang mengandung kerelaan tanpa paksaan untuk melakukan rentetan kegiatan dalam rangka menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai siswa, sebagai individu yang belaja dalam rangka mencapai tujuan.
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan Bentuk-bentuk dari kedisiplinan belajar ini dapat dilihat dari kegiatan belajar di sekolah, belajar mengisi waktu luang, dan belajar melaksanakan tugas sekolah. Tekun dan dinamis mengikuti ke seluruh program belajar di sekolah, tertib catatan dan tertib mencatat, dan tidak suka membolos atau tidak masuk tanpa ijin atau meninggalkan sebagian jam pelajaran, memanfaatkan waktu luang untuk diskusi atau belajar di perpustakaan sekolah, dan melaksanakan tugas ekstrakurikuler, belajar sesuai program yang disusun, dan belajar sesuai waktu secara teratur.Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.

C.   Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka berfikir penelitian yang menggambarkan hubungan antara variable bebas (pelayanan bimbingan dan konseling) dan variable tergantung (kedisiplinan belajar siswa) sebagai berikut:
Kedisiplinan belajar siswa (tidak bisa mengatur waktu dalam belajar(Y)
Pelayanan guru Bimbingan dan Konseling (x)

D.   Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H0= tidak ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan belajar siswa KLS VIII SMP N 6 Terbanggi Besar.
Ha= ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan belajar siswa KLS VIII SMP N 6 Terbanggi Besar.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Rancangan penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Tohirin, (2012:2) “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.”Selanjutnya menurut Moleong (2009:5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakana latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkanberbagai metode yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan pendekatan danjenis penelitian ini berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Jadi prosedur penelitian ini, akan menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena secara apa adanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat kuantitatif, karena hasil data dari angket yang diperlukan untuk mengungkap masalah dalam bentuk skor angka data kuantitatif yang selanjutnya diolah dan diuji dengan teknik analisis statistika.




B.   Difinisi oprasional
Definisi operasional variabel merupakan salah satu penunjang instrumen dalam suatu riset (penelitian) karena merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah definisi operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan ataupekerjaan penelitian. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:
1.    Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. guru BK kita mempunyai peran yang sangat penting dalam membimbing siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, seperti halnya kedisiplinan belajar. Dalam permasalahan kedisiplinan belajar sebagai seorang guru BK kita harus tanggap dengan adanya permasalahan tersebut dan bisa mengidentifikasi adanya masalah dan penyebab dari masalah tersebut dan apa yang akan dilakukan atau diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kedisplinan dalam belajar.

2.    Kedisiplinan belajar
disiplin belajar merupakan suatu sikap mental yang mengandung kerelaan tanpa paksaan untuk melakukan rentetan kegiatan dalam rangka menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai siswa, sebagai individu yang belaja dalam rangka mencapai tujuan.Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

C.   Populasi dan Sempel
1.     Populasi
Margono (2000: 121) menjelaskan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Warsito (1992: 49) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, perusahaan, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 150 orang. Secara rinci populasi dikemukan dalam tabel 1 berikut.


Tabel 1 Keadaan Populasi Penelitian
Kelas VIII
Siswa putra
Siswa putri
jumlah
A
18
20
38
B
15
21
36
C
16
22
38
D
15
23
38
jumlah
64
86
150

2.      Sempel
Arikunto (1998: 120) menjelaskan pengertian sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari keseluruhan (jumlah) yang akan diteliti .
Warsito (1992: 51) menjelaskan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya sebagian populasi yang mewakili seluruh populasi.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Berpijak pada pendapat di atas, maka sampel penelitian ini diambil 20% dari populasi yang ada yaitu sebanyak 30 siswa, hal ini dilakukan karena jumlah populasi dianggap terlalu banyak, dan pemilihannya dilakukan secara acak. Adapun alasan menggunakan kelas VIII karena akan dipersiapkan untuk menghadapi ujian semester.

Sampel Penelitian Tabel 2
Kelas
Populasi
Sampel 20%
Jumlah
sampel
VIII
Putra
Putri
putra
Putri
A
18
20
4
4
8
B
15
21
3
4
7
C
16
22
3
4
7
D
15
23
3
5
8
Jumlah
64
86
13
17
30

Dari hasil yang diketahui dari data tersebut maka, teknik yang digunakan dalam penentuan sampel siswa kelas VIII adalah menggunakan Random Sampling. Hal ini karena penelitian dilakukan dengan memilih siswa secara acak.

D.   Intrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya (Sugiono,2009:305). Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.     peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2.     peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3.     tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4.     suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5.     peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6.     hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).



E.   Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data kualitatif merupakan serangkaian langkahlangkah yang dilalui peneliti dalam memperoleh data kualitatif yang dibutuhkan.Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian,menentukan jenis pengumpulan data kualitatif, serta merancang usaha perekaman data. Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan temapenelitian, menurut Sugiyono (2011:234) “prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011) “prosedur penumgpulan data dapat menggunakan dua sumber, saiu sumber primer dan sumber sekunder”.Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data da ssumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Beberapa teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.    Teknik Angket.
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan teknik angket untuk data variabel tentang pelayanan guru BK dengan kedisiplin belajar siswa.

Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan kisi-kisi dan indikator angket
b) Membuat pertanyaan sesuai dengan indikator angket yang telah ditentukan, dan selanjutnya dikonsultasikan pada Dosen Pembimbing
c) Melakukan try out angket dan menganalisis hasil try out
d) Menyebarkan angket pada siswa untuk penelitian
e) Melakukan analisis hasil penelitian
2.  Dokumentasi.
Teknik studi dokumen, terutama untuk keperluan data tentang keadaan siswa, guru dan berbagai dokumen sekolah yang relevan dengan keperluan pengumpulan data penelitian ini.
Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui teknik studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan keadaan siswa seperti data pribadi, dan data tentang kegiatan siswa.
3.     Teknik Observasi.
Teknik ini dilakukan untuk mengamati berbagai keadaan siswa. Langkah dalam pengumpulan data melalui teknik observasi adalah mengamati menggunakan lembar observasi tentang semua aktivitas siswa selama pelaksanaan penelitian yaitu saat melakukan pembelajaran. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secarasistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono,2010:158). Dengan demikian observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diamati. Pengamatan langsung dilapangan dilakukan untuk memperolaeh data yang objektif dan akurat sebagai bukti dan fakta penelitian yang sangat kuat. Teknik observasi “non partisipatif” digunakan untuk mengamati tentang pandangan dan sikap aktor/stakeholders, keterlibatan atau peranandalam pelaksananan bimbingan dan konseling.Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dalam penelitianini menggunakan observasi nonpartisipan (bebas terstruktur) peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam8hal ini peneliti hanya sekedar mengamati tanpa aktif dalam kelompok yang diamati dan dilakukan secara terbuka atau diketahui oleh subyekpenelitian.

F.    Teknik analisis data
Penelitian ini untuk mengungkap tentang hubungan pelayanan guru Bimbingan Konseling dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Terbanggi Besar. Adapun teknik analisis data korelasi product moment dengan menggunakan program SPSS versi 15 (Santoso, 2006: 269). yaitu dengan Product Moment










DAFTAR PUSTAKA


Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Mahmud, Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Surini. 2010.Hubungan Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa .Semarang : Proposal Skripsi pdf
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipt

No comments:

Post a Comment

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Nama Konseli ...