BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu
pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan
serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia
hidup.
Hubungan antara konselor dengan siswa (klien) akan
terjalin dengan mengadakan bimbingan dan konseling sehingga menjadi suatu
keakraban dan keterbukaan. Siswa akan merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh
guru, juga mendapatkan motivasi untuk belajar. Siswa yang mempunyai masalah
dapat langsung menemui guru pembimbing untuk berkonsultasi sehingga
permasalahan yang dihadapinya tidak semakin berlarut-larut. Oleh karena itu
seorang konselor harus mempunyai keahlian khusus dan metode yang menarik dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.
Hakikatnya sumber permasalahan yang dihadapi oleh
siswa pada masa remaja pada intinya berasal dari luar diri mereka. Seperti
sikap orang tua, keadaan keluarga, pengaruh tayangan televisi, film-video,
perilaku teman sebaya yang menyimpang dan faktor negatif lainnya dalam
kehidupan sosial.
Faktor-faktor ini merupakan hal yang menunjang
timbulnya permasalahan
sehingga
dapat mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa.
Faktor-faktor ini merupakan hal yang menunjang
timbulnya permasalahan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa.
Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh
dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu
untuk melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan, diatur,
atau diharapkan. Jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun
arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi
kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas
belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah
pelayanan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka.
Oleh karena itu, peran kita sebagai guru BK menghadapi siswa yang seperti itu
adalah mengarahkan agar siswa mempunyai kelompok belajar sendiri di rumah,
berkolaborasi dengan orang tua siswa yang bersangkutan untuk memantau dan
memotivasi belajar anak agar mereka bisa disiplin dalam belajar. Pelayanan guru
bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa
mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk
membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Pelayanan guru bimbingan dan
konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Permasalahan tersebut mencakup permasalahan
yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup
penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam
mengatasi permasalahan pribadi siswa.Berpijak pada paparan di atas, maka
diasumsikan bahwa apabila siswa dapat mengatur waktu belajarnya dengan baik dan
pelayanan guru Bimbingan Konseling dapat berjalan secara efektif maka mereka
akan dapat berdisiplin dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar sesuai
dengan yang mereka butuhkan dan yang mereka harapkan. Kenyataan asumsi tersebut
dapat terjadi di setiap sekolah, seperti halnya di SMPN 6 Terbanggi Besar, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji.
B.
Rumusan Masalah
1. Adakah
hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa?
2. Sejauh
mana hubungan pelayanan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa terjadi?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling
dengan kedisiplinan belajar siswa.
2. Untuk
mendeskripsikan kedisiplinan belajar siswa SMPN 6 Terbanggi Besar
3. Untuk
mengetahui sejauh mana hubungan antara pelayanan guru bimbingan dan konseling
dengan kedisiplinan belajar siswa.
D.
Kegunaan
Penelitian
Dari
hasil penelitian yang saya lakukan ada kegunaan nya sebagai berikut:
1. Memberikan
sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama
dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
2. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang
strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
E.
Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Untuk
menghindari kesalah pahaman, maka penulis memberikan batasan untuk penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Pada
penelitian ini penulis menggunakan metode angket Peneliti membatasi masalah,
pada kedisiplinan siswa dalam belajar dengan aktifitas lain yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari Pembahasan hanya sebatas kedisiplinan siswa dan
pelayanan guru BK untuk siswa SMP.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam
pene;itian penulis penelitian pada keterangan sebagai berikut:
1. Sifat
penelitian : penelitian
kuantitatif
2. Jenis
penelitian :
korelasi
3. Subyek
penelitian : subjek
penelitian ini adalah pesertadidik VIII
4. Objek
penelitian
:objek penelitian ini adalah konselor dalam bimbingan dan konseling nya
meneliti tentang Hubungan Pelayanan Guru Bimbingan Dan
Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa.
5. Tempat
penelitian : SMP N 6
Terbanggi Besar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut W.S. Winkel, seorang guru pembimbing (konselor) sekolah adalah
orang yang memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini guru
pembimbing (konselor) dalam institusi pendidikan tidak dapat lepas tangan dan
menyerahkan tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya
kepada para konseling sendiri. Ini berarti guru pembimbing baik dari segi
teoritis maupun segi praktis harus bertindak sebagai ketua kelompok diskusi dan
sebagai pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu guru pembimbing
harus memenuhi syarat yang menyangkut pendidikan akademik, kepribadian,
keterampila berkomunikasi dengan orang lain dan penggunaan teknik teknik
konseling.
Abin Syamsudin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
konsuler dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar, diagnose, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya,
harus membantu pemecahannya (remedial
teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau
masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh
konselor professional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah
siswa yang mungkin bisa dibimbing leh guru yaitu masalah yang termasuk kategori
ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu,
berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, mencuri kelas ringan, dll.
Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan
ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih
jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, dan pemuda
sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa permasalahan yang
dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan
konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.
Prayitno (1999, 30)
menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan untuk :Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;Bimbingan diberikan oleh guru
pembimbing.
Sebagai guru BK kita
mempunyai peran yang sangat penting dalam membimbing siswa yang mempunyai
permasalahan dalam belajar, seperti halnya kedisiplinan belajar. Dalam
permasalahan kedisiplinan belajar sebagai seorang guru BK kita harus tanggap
dengan adanya permasalahan tersebut dan bisa mengidentifikasi adanya masalah
dan penyebab dari masalah tersebut dan apa yang akan dilakukan atau diberikan
kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kedisplinan dalam belajar.
B.
Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah
Kedisiplinan dibentuk dari kata disiplin, secara
etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang berarti pengikut.
Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi
“kedisiplinane” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib.
Sejalan dengan itu dijelaskan Mulyati (2007:168) “kedisiplinan adalah ketaatan
(kepatuhan kepada peraturan dan tata tertib).” Sekarang ini kata kedisiplinan
telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak pengertian
kedisiplinan ang bermacam dari para ahli yang satu dengan yang lain.
Dalam penelitian ini kedisiplinan yang dimaksud adalah
kedisiplinan siswa dalam belajar, berikut ini pengertian kedisiplinan yang
diungkapkan oleh beberapa sumber. Kedisiplinan dalam arti luas menurut Ahmad
Rohani (2004:133) yakni : Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang
ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungannya juga penting tentang cara menyelesaikan
tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Dolet Unaradjan (2003:62) menyatakan bahwa disiplin yaitu suatu upaya sadar
dan bertanggung jawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan
mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar membuahkan ha-hal positif baik
bagi dirisendiri maupun orang lain. Kedisiplinan berpengaruh besar pada
kesuksesan manusia. Sedangkan menurut Mulyati (2007:102, “disiplin yaitu
perangkat teori dan teknik yang perlu dipelajari dan dikuasai untuk dapat
diterapkan di lapangan.”Adapun Soegeng Prijodarminto (2004:23) menyatakan hal
berikut:
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi
bagian perilaku d alam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses
binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.
menurut Sukardi (2003: 102)
menjelaskan disiplin diartikan sebagai suatu rentetan kegiatan atau latihan
yang berencana yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan. Masalah disiplin
berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan harus ditaati. Disiplin
bukan hanya mempunyai arti taat atau patuh pada peraturan atau ketentuan yang
datang dari orang lain, lembaga atau pemerintah, namun aturan-aturan tersebut
juga datang dari diri sendiri yang merupakan kesadaran, kerelaan untuk
melaksanakan rencana kegiatan yang telah direncanakan. Seorang yang disiplin
berarti tingkah laku dan keputusannya dilakukan dengan sadar dan rela, sesuatu
yang memungkinkan dapat menjadikan dirinya sebagai orang yang taat pada
peraturan yang berlaku. Sukardi (2003: 102) menjelaskan disiplin diartikan
sebagai suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana yang dianggap perlu
untuk mencapai tujuan.
Mulyono (1993: 1)
menjelaskan bahwa dalam surat edaran yang berkaitan dengan gerakan disiplin
nasional mengartikan disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan
tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar.Disiplin belajar
dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah suatu rentetan kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan sikap hidup yang mencerminkan
tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar dalam rangka untuk
mencapai tujuan. Jadi disiplin belajar merupakan suatu sikap mental yang
mengandung kerelaan tanpa paksaan untuk melakukan rentetan kegiatan dalam
rangka menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai siswa, sebagai individu yang
belaja dalam rangka mencapai tujuan.
Konsep disiplin berkaitan
dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan
orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain
sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang
melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah
ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut,
kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap
aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang
meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam
berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain
sebagainya. Sedangkan Bentuk-bentuk dari kedisiplinan belajar ini dapat dilihat
dari kegiatan belajar di sekolah, belajar mengisi waktu luang, dan belajar
melaksanakan tugas sekolah. Tekun dan dinamis mengikuti ke seluruh program
belajar di sekolah, tertib catatan dan tertib mencatat, dan tidak suka membolos
atau tidak masuk tanpa ijin atau meninggalkan sebagian jam pelajaran,
memanfaatkan waktu luang untuk diskusi atau belajar di perpustakaan sekolah,
dan melaksanakan tugas ekstrakurikuler, belajar sesuai program yang disusun,
dan belajar sesuai waktu secara teratur.Semua aktifitas siswa yang dilihat
kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga
dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
C.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan
masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang mendukung, maka
dapat diungkapkan kerangka berfikir penelitian yang menggambarkan hubungan
antara variable bebas (pelayanan bimbingan dan konseling) dan variable
tergantung (kedisiplinan belajar siswa) sebagai berikut:
Kedisiplinan
belajar siswa (tidak bisa mengatur waktu dalam belajar(Y)
Pelayanan guru Bimbingan dan Konseling (x)
Pelayanan guru Bimbingan dan Konseling (x)
D.
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah
dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
H0=
tidak ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa KLS VIII SMP N 6 Terbanggi Besar.
Ha=
ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan belajar
siswa KLS VIII SMP N 6 Terbanggi Besar.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan
penelitian
Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Tohirin, (2012:2) “Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.”Selanjutnya menurut
Moleong (2009:5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakana latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkanberbagai metode yang ada.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas dapat disimpulkan pendekatan danjenis penelitian ini
berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Jadi prosedur penelitian
ini, akan menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau
fenomena-fenomena secara apa adanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yang bersifat kuantitatif, karena hasil data dari angket yang diperlukan untuk
mengungkap masalah dalam bentuk skor angka data kuantitatif yang selanjutnya
diolah dan diuji dengan teknik analisis statistika.
B.
Difinisi oprasional
Definisi
operasional variabel merupakan salah satu penunjang instrumen dalam suatu riset
(penelitian) karena merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data.
Definisi operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi
operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah definisi
operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan
pedoman untuk melakukan suatu kegiatan ataupekerjaan penelitian. Definisi
operasional variabel dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:
1. Pelayanan
Guru Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan Bimbingan diberikan
oleh guru pembimbing. guru BK kita mempunyai peran yang sangat penting dalam
membimbing siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, seperti halnya
kedisiplinan belajar. Dalam permasalahan kedisiplinan belajar sebagai seorang
guru BK kita harus tanggap dengan adanya permasalahan tersebut dan bisa
mengidentifikasi adanya masalah dan penyebab dari masalah tersebut dan apa yang
akan dilakukan atau diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan
kedisplinan dalam belajar.
2. Kedisiplinan
belajar
disiplin
belajar merupakan suatu sikap mental yang mengandung kerelaan tanpa paksaan
untuk melakukan rentetan kegiatan dalam rangka menunaikan tugas dan tanggung
jawab sebagai siswa, sebagai individu yang belaja dalam rangka mencapai
tujuan.Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208)
disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib,
aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah
pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan
demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan,
tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar.
C.
Populasi dan Sempel
1. Populasi
Margono
(2000: 121) menjelaskan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi
perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Warsito (1992:
49) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, perusahaan,
atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian. Berdasarkan kedua
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai sumber data
dalam penelitian Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII
sebanyak 150 orang. Secara rinci populasi dikemukan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1 Keadaan Populasi Penelitian
Kelas
VIII
|
Siswa
putra
|
Siswa
putri
|
jumlah
|
|
A
|
18
|
20
|
38
|
|
B
|
15
|
21
|
36
|
|
C
|
16
|
22
|
38
|
|
D
|
15
|
23
|
38
|
|
jumlah
|
64
|
86
|
150
|
|
2. Sempel
Arikunto (1998: 120)
menjelaskan pengertian sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari
keseluruhan (jumlah) yang akan diteliti .
Warsito (1992: 51) menjelaskan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya sebagian populasi yang mewakili seluruh populasi.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Berpijak pada pendapat di atas, maka sampel penelitian ini diambil 20% dari populasi yang ada yaitu sebanyak 30 siswa, hal ini dilakukan karena jumlah populasi dianggap terlalu banyak, dan pemilihannya dilakukan secara acak. Adapun alasan menggunakan kelas VIII karena akan dipersiapkan untuk menghadapi ujian semester.
Sampel Penelitian Tabel 2
Warsito (1992: 51) menjelaskan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya sebagian populasi yang mewakili seluruh populasi.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Berpijak pada pendapat di atas, maka sampel penelitian ini diambil 20% dari populasi yang ada yaitu sebanyak 30 siswa, hal ini dilakukan karena jumlah populasi dianggap terlalu banyak, dan pemilihannya dilakukan secara acak. Adapun alasan menggunakan kelas VIII karena akan dipersiapkan untuk menghadapi ujian semester.
Sampel Penelitian Tabel 2
Kelas
|
Populasi
|
Sampel
20%
|
Jumlah
sampel
|
||
VIII
|
Putra
|
Putri
|
putra
|
Putri
|
|
A
|
18
|
20
|
4
|
4
|
8
|
B
|
15
|
21
|
3
|
4
|
7
|
C
|
16
|
22
|
3
|
4
|
7
|
D
|
15
|
23
|
3
|
5
|
8
|
Jumlah
|
64
|
86
|
13
|
17
|
30
|
Dari
hasil yang diketahui dari data tersebut maka, teknik yang digunakan dalam
penentuan sampel siswa kelas VIII adalah menggunakan Random Sampling. Hal ini
karena penelitian dilakukan dengan memilih siswa secara acak.
D.
Intrumen
penelitian
Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap
peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian baik secara akademik maupun logiknya (Sugiono,2009:305). Peneliti
kualitatif sebagai human instrumen
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).Peneliti sebagai
instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. peneliti
sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti
sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. tiap situasi
merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket
yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu
situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. peneliti
sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan,
untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. hanya
manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data kualitatif merupakan serangkaian langkahlangkah yang dilalui
peneliti dalam memperoleh data kualitatif yang dibutuhkan.Langkah-langkah
pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian,menentukan jenis
pengumpulan data kualitatif, serta merancang usaha perekaman data. Untuk
mendapatkan data-data yang terkait dengan temapenelitian, menurut Sugiyono
(2011:234) “prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data”.
Sedangkan
menurut Sugiyono (2011) “prosedur penumgpulan data dapat menggunakan dua
sumber, saiu sumber primer dan sumber sekunder”.Sumber primer adalah sumber
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data da ssumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Beberapa teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Teknik
Angket.
Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah dengan teknik angket untuk data variabel
tentang pelayanan guru BK dengan kedisiplin belajar siswa.
Langkah
yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui angket dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a)
Mempersiapkan kisi-kisi dan indikator angket
b)
Membuat pertanyaan sesuai dengan indikator angket yang telah ditentukan, dan
selanjutnya dikonsultasikan pada Dosen Pembimbing
c) Melakukan try out angket dan menganalisis hasil try out
c) Melakukan try out angket dan menganalisis hasil try out
d)
Menyebarkan angket pada siswa untuk penelitian
e)
Melakukan analisis hasil penelitian
2.
Dokumentasi.
Teknik
studi dokumen, terutama untuk keperluan data tentang keadaan siswa, guru dan
berbagai dokumen sekolah yang relevan dengan keperluan pengumpulan data
penelitian ini.
Langkah
yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui teknik studi dokumentasi dalam
penelitian ini adalah mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan keadaan
siswa seperti data pribadi, dan data tentang kegiatan siswa.
3. Teknik
Observasi.
Teknik
ini dilakukan untuk mengamati berbagai keadaan siswa. Langkah dalam pengumpulan
data melalui teknik observasi adalah mengamati menggunakan lembar observasi
tentang semua aktivitas siswa selama pelaksanaan penelitian yaitu saat
melakukan pembelajaran. Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secarasistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Margono,2010:158). Dengan demikian observasi merupakan
suatu proses pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diamati. Pengamatan
langsung dilapangan dilakukan untuk memperolaeh data yang objektif dan akurat
sebagai bukti dan fakta penelitian yang sangat kuat. Teknik observasi “non
partisipatif” digunakan untuk mengamati tentang pandangan dan sikap
aktor/stakeholders, keterlibatan atau peranandalam pelaksananan bimbingan dan
konseling.Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dalam penelitianini
menggunakan observasi nonpartisipan (bebas terstruktur) peneliti tidak terlibat
langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam8hal ini peneliti hanya
sekedar mengamati tanpa aktif dalam kelompok yang diamati dan dilakukan secara
terbuka atau diketahui oleh subyekpenelitian.
F.
Teknik
analisis data
Penelitian
ini untuk mengungkap tentang hubungan pelayanan guru Bimbingan Konseling dengan
kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Terbanggi Besar. Adapun teknik
analisis data korelasi product moment dengan menggunakan program SPSS versi 15
(Santoso, 2006: 269). yaitu dengan Product Moment
DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 1995. Belajar dan
Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Mahmud, Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Surini. 2010.Hubungan Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa .Semarang : Proposal Skripsi pdf
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipt
Mahmud, Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Surini. 2010.Hubungan Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa .Semarang : Proposal Skripsi pdf
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipt
No comments:
Post a Comment